“Peringatan Hari Pahlawan: “Mengingat (Kembali) Sosok Patriotis”
Oleh: Divisi LITBANG HMJ-IP
Bulan Juni dikenang sebagai bulan yang melahirkan tokoh besar nasional Indonesia. Diawali dengan lahirnya Pancasila (1 Juni), mantan presiden pertama Indonesia Soekarno (6 Juni), mantan presiden kedua Soeharto (8 Juni), mantan presiden ketiga B.J Habibie (25 Juni), dan juga presiden ketujuh kita saat ini Joko Widodo (21 Juni). Terlihat memang, bulan yang satu ini bernuansa Nasionalis. Sebenarnya masih ada satu jiwa patriotisme yang tak banyak orang mengenalnya, dan terlahir masih pada Bulan Juni.
Beliau menjadi orang pertama yang mencetuskan konsep tentang “Negara Indonesia” dalam bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia. Buku inilah yang menginspirasi Soekarno, Hatta, Syahrir, dkk untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari barisan yang lain. Sementara itu, tokoh besar yang terlupakan ini, berjuang “sendirian” untuk memerdekakan Indonesia, mulai dari menulis buku, membentuk kesatuan massa, berbicara dalam kongres internasional, ikut bertempur di lapangan melawan Belanda, sampai akhirnya harus keluar-masuk penjara berkali-kali.
Orang Minang menyebutnya dengan sebutan urang awak. Ia bernama Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Lahir pada tanggal 2 Juni 1897, di salah satu desa di Sumatera Barat, Pandam Gadang, Lima Puluh Kota. Seseorang yang diberi julukan “Bapak Republik Indonesia” oleh Muhammad Yamin dan bahkan dianggap oleh sebagian kalangan sebagai the true founding father of Indonesia.
Namanya hanya sayup-sayup terdengar sebagai seorang revolusioner tanpa mengetahui pemikirannya yang banyak mempengaruhi gerakan kebangsaan kita. Oleh karena itu, ada perlunya untuk mengkaji kembali pemikiran tokoh pejuang. Semoga niat baik kita bisa membuahkan hasil, yaitu anak-anak muda yang tidak hanya siap bergerak, tetapi juga memahami sejarah bangsa dan pemikiran para tokoh pendiri bangsanya.
Tentangnya, maka kita membahas tokoh legendaris. Tokoh pejuang yang misterius pada sejarah kemerdekaan. Selama hidupnya, ia hanya merasakan beberapa tahun kebebasan dan berjuang ditengah-tengah rakyat, dan selebihnya ia berada dalam pengasingan atau dalam penjara. Ia bukan sekedar tokoh kemerdekaan, melainkan wakil semangat anak muda untuk melakukan pekerjaan besar tanpa mementingkan hal yang menguntungkan dirinya atau tidak. Terbukti, kala meniggal pun dia berstatus sebagai pria yang belum pernah mencicipi indahnya pernikahan.
Mengapa perlu diingat?
Baginya, perjuangan bukan soal untuk mengharumkan nama sendiri, tapi perjuangan adalah usaha tak mengenal kata henti untuk mencarikan bunga-bunga terbaik hingga menyebarkan harum yang bisa menggugah semangat dan gairah, untuk memberi, dan mengejar apa yang bisa didapat. Menarik mendengar semangat dedikasinya untuk bangsa ini, sosok yang tak biasa dengan sentuhan pemikiran yang kompleks semasa alur hidupnya.
Pada generasi millennials khususnya, sebagian dari mereka mungkin tak kenal keberadaan dan perjuangan sosok patriotis yang satu ini. Padahal, Ir. Soekarno mengatakan “JASMERAH” yang intinya, jangan sesekali melupakan sejarah. Indonesia membutuhkan banyak anak muda dengan visi yang jelas dan eksekusi yang nyata, bukan malah visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis.
Merinding jika kita membaca kutipan singkat yang penuh arti dari seorang Tan Malaka. Salah satunya adalah “Kalau suatu negara seperti Amerika mau menguasai samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan.” begitu tegasnya kalimat yang ia gunakan dalam kecintaannya pada bangsa ini. Itulah mengapa kita harus mengetahui keberadaan dedikasinya dan perjuangan sosok patriotis yang satu ini. Gerenasi Y harus tau bahwa ada sosok yang berjiwa patriotisme yang dapat dijadikan panutan sekaligus inspirasi semangat dalam hal kenegaraan.
Bukankah semangat membara dengan sebatang bambu runcing bisa membuat kita meraih kemerdekaan? Nah, tanpa semangat, secanggih apapun senjata yang kamu pergunakan tidak ada apa-apanya dan tidak ada gunanya, tapi dengan satu kata itulah semuanya bisa terjadi dan ditundukkan. Kerja nyata untuk bangsa ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tapi juga seluruh masyarakat. Jangan sampai pengorbanan para Pahlawan menjadi sia-sia karena sikap apatis kita terhadap nasib bangsa ini. Jadilah Pahlawan bagi keluarga, lingkungan, dan Bangsa Indonesia. Kontribusi positif sekecil apapun akan berguna untuk kemajuan bangsa dan negara ini.